“#1 Lirik Lagu Ina Maria Mater Dolorosa – Kus Leba

Mater Dolorosa: Ratapan Ibu di Bawah Salib
“Bunda yang berduka, berdiri di kaki salib. Di matanya tergambar luka dunia.”

Di kota kecil Larantuka, di ujung timur Flores, nama Mater Dolorosa bukan sekadar gelar Maria. Ia adalah lagu, doa, dan tangis yang mengalun setiap Semana Santa, menyusuri jalan-jalan sunyi yang dipenuhi lilin dan bisik Rosario. Diciptakan oleh Kus Leba, lagu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesi Jumat Agung, saat umat Katolik Larantuka mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus.


🕯️ Lagu yang Menangis Bersama Bunda

“Mater Dolorosa” dalam versi Larantuka dinyanyikan dalam bahasa Nagi, bahasa lokal yang kaya rasa dan nuansa. Lirik-liriknya sederhana, namun penuh luka. Ia tidak hanya menceritakan penderitaan Maria, tetapi juga mengajak kita ikut merasakannya. Seolah-olah dalam setiap bait, kita diajak berdiri di samping Maria, melihat anaknya disalib, merasakan pedang yang menembus jiwanya.


🎶 Lirik Lagu

Mater Dolorosa” – Cipt : Kus Leba

E ana kita ni e , sampe apa no jadi begini
Cuma hatu ni e, ema jaga na jaga jo sayang na sayang
Data dai duri tecuco
Kru kaju diberasu dara melele basah di muka ido
Ema mo bua begena ema mo daya apa
Jo ema ni salah apa
E ana e, e sayang kita ni e

 

Kaki melepo peno luka, inja kelike tajam
Langka gemeta tega salib pun berat
Jato bango piko kembali
Ema lia jo ema simpan jo
Ana pu sengsara dalam hati
Ema lia jo ema simpan jo
Ana pu sengsara….

Reff:

Ina Maria Mater Dolorosa Ora Pronobis
Kame ana moe leta ampun
Soron liman moe liko jaga no’on kame

 

Ina Maria Mater Dolorosa Ora Pronobis
Peten Kame ana moe
Sudi liko lapak noon kame
Ia nagi lewo nama Larantuka
Ia nagi lewo nama Larantuka

*dengar lagunya di sini 


🌿 Dalam Bingkai Semana Santa

Setiap Jumat Agung, patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Yesus) diarak keliling kota. Di sepanjang jalan, lagu “Mater Dolorosa” dinyanyikan dalam kesunyian yang penuh haru. Tidak ada tepuk tangan. Tidak ada sorak. Hanya suara umat yang bergema pelan, seakan mengiringi langkah Maria menuju Kalvari versi Larantuka.


✨ Mengapa Lagu Ini Istimewa?

“Mater Dolorosa” bukan hanya lagu. Ia adalah doa yang menyatu dengan sejarah, puisi yang lahir dari luka, dan simbol identitas spiritual masyarakat Larantuka. Dalam bait-baitnya, umat tidak sekadar menyanyikan Maria, tapi menjadi Maria—yang rela kehilangan, yang tabah dalam duka, yang mencintai tanpa batas.


🌌 Penutup

Saat lagu ini dinyanyikan, tidak ada yang tidak menangis. Sebab lagu ini bukan hanya tentang Maria—tapi tentang setiap kehilangan, setiap cinta yang berani berkorban. Dan dalam sunyi malam Semana Santa, Larantuka sekali lagi mengajarkan dunia bahwa air mata pun bisa menjadi bentuk ibadah.

✝️ Semangat yang Terus Hidup

Perayaan Semana Santa di Larantuka tidak hanya tentang ritual, tetapi juga tentang penghayatan iman yang mendalam. Lagu “Mater Dolorosa” mencerminkan kedalaman spiritual umat yang merayakan bukan hanya dengan tubuh, tetapi dengan hati yang penuh penyesalan dan pengharapan. Dengan mengiringi prosesi, mereka membawa luka-luka yang belum sembuh, menyatu dengan penderitaan Yesus dan Bunda Maria. Setiap nada, setiap kata, adalah ungkapan kasih yang tak terucapkan.


🌏 Menyambut Tradisi yang Tak Lekang Oleh Waktu

Larantuka dengan Semana Santa-nya adalah tempat di mana tradisi dan iman berjalan beriringan. Lagu seperti “Mater Dolorosa” menunjukkan betapa kuatnya akar budaya Katolik yang bertumbuh dan berkembang, menyatu dengan kearifan lokal. Dalam tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun, umat Larantuka terus menjaga api iman mereka tetap menyala, mengajarkan kita semua bahwa kasih dan pengorbanan adalah inti dari iman yang hidup.

🌟 Bait yang Membawa Harapan

Di tengah deru angin dan heningnya malam, lagu ini mengingatkan kita bahwa penderitaan bukanlah akhir dari segalanya. Meski Maria berdiri di bawah salib, ia tidak menyerah—ia tetap memeluk setiap rasa sakit dengan harapan yang tidak padam. Kekuatan dalam penderitaan ini menjadi inspirasi bagi umat Larantuka untuk bertahan dan percaya bahwa setelah salib datanglah kebangkitan.

**silahkan kirim pesan disini untuk terus dukung ciptamakna-