“Drama Kuat SMA Ile Boleng: Pementasan Teater 2 Jam Soroti Bullying dan Cerita Rakyat”
“Pementasan Teater 2 Jam : SMA Swasta Ile Boleng mengangkat Isu Bullyng dan Cerita Rakyat”. – Kegiatan Pentas seni tersebut terjadi pada hari sabtu (6/4/24) dan terpusat di Halaman sekolah SMA Swasta Ile Boleng. Kegiatan yang berlangsung dari pukul 18.00 s/d 20.00 waktu setempat ini memiliki warna tersendiri bagi para guru , murid dan warga sekolah. Terbukti pertunjukan teater yang dilakukan secara terbuka ini sangat menghibur dan mendapat antusias yang sangat tinggi dari masyarakat disekitar wilayah sekolah. “Memang Kegiatan pentas seni ini dilakukan sebagai bentuk praktik mata pelajaran seni budaya, namun saya sangat bangga pentas bisa berjalan lancar dan acaranya sangat memuaskan meskipun kami masih mengalami kendala teknis dibagian audio”: kata Gregorius Ola Doni selaku guru seni budaya.
Pembukaan Pementasan Teater
Kegiatan pentas tersebut di pandu langsung oleh perwakilan dari pengurus osis. Terlihat di area sekolah Satu jam sebelum kegiatan dimulai para guru dan murid sudah hadir lebih awal guna melakukan persiapan teknis dan pengenalan panggung. Setelah kegiatan di buka dengan doa, para penonton langsung dihibur oleh BAND Smas Ibol dengan lagu –lagu pilihan yang membuat penonton merasa sangat terkesan.
Acara kemudian berlanjut kepenjelasan teknis seputar kegiatan pentas seni yang dipandu langsung oleh guru seni budaya. Dan seketika suasana ramai mulai terdengar dari area kelompok teater masing-masing setelah pembawa acara meminta kesediaan para ketua kelompok masing-masing untuk mengambil nomor undian kegiatan pementasan.
Kegiatan inti Pementasan Teater
Selanjutnya yang menjadi penampil pertama adalah Kelas XII IPS 1 dengan teater Bullyng. Menurut Maria Aprilia Perada Peduli, alasan mengangkat tema Bullyng dalam pentas seni ini karena kasus bullyng itu sudah marak sekali di era sekarang. “Saya sangat senang bisa terlibat diacara ini karena saya suka sekali dengan seni peran atau akting. Saya berharap semoga pesan dari teater ini bisa dicerna oleh para guru dan dimengerti oleh peserta didik sendiri agar kedepan hal-hal terkait Bullyng perlu diperhatikan dengan baik. “
Marianus H. Maleng selaku Guru BK juga mengungkapkan nada serupa. “Memang Bullying verbal dan non-verbal di sekolah merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional murid. Kedua jenis bullying ini dapat terjadi di sekolah karena berbagai alasan, seperti dorongan untuk mendominasi, keinginan untuk mendapat perhatian, atau bahkan karena kurangnya pemahaman akan dampak negatifnya. Oleh karena itu acara pentas seni ini sejatinya menjadi sebuah ruang publikasi yang penting bagi sekolah untuk memberikan edukasi terkait masalah Bullyng itu sendiri.
Dipertengahan acara pentas, penonton mulai dibuat semakin terkesan dengan penampilan tetaer Ina dan Kewatek yang dibawakan murid Kelas XII IPS 2. Menurut Yuliana Benga Kosa: “saat proses latihan mereka mengakui banyak menemukan kesulitan dan saling merasa tidak yakin untuk saling beradaptasi satu dengan yang lain. “kami awalnya tidak yakin, tetapi saat tampil dalam pementasan tetaer berkat keseriusan kami mendalami peran sehingga akhirnya kami pun tidak menyangka bahwa kami mampu melakukannya dengan baik.
Devianty Titin selaku pemeran utama dalam tetaer ini pun merasa sangat senang dengan proses yang telah mereka lalui. “saya sudah bisa menenun sejak usia remaja karena di rumah ibu saya juga aktif menenun sehingga dengan modal itu saya menjadi sangat yakin untuk menaklukan audience dan memberikan penampilan terbaik menjadi ina yang berprofesi sebagai penenun dalam tetaer.
Memang jaman sekarang banyak hal yang sudah mulai mengalami perubahan atau pergeseran makna. Lewat tetaer Ina dan Kewatek yang menampilakan kisah perjuangan seorang ibu (ina) yang kesehariannya menenun, kami kelas XII IPS 2 sangat berharap sebagai perempuan adonara kita harus terus melestarikan budaya dan tradisi kita dalam hal ini sebagai penenun . Tidak hanya itu tetapi hasil tenunan berupa nowing (untuk laki-laki) dan kewatek (untuk perempuan) harus lebih banyak kita promosikan. Dan yang lebih penting lagi adalah kita harus mampu menyesuaikan diri dengan gaya rambut dan cara berpakaian kita sehingga kita tidak melupakan budaya lokal yang diwariskan dan tidak mudah terpengaruh dengan budaya dari luar.
Sedangkan Puncak dari acara pentas seni budaya ini ada pada Teater “Peni Masan Dai” yang di bawakan murid kelas XII IPA 1 dan Teater “Bala Nogo” dari kelas XII IPA 2. Dua cerita rakyat Lamaholot yang kemudian diadaptasi kedalam tetaer ini benar-benar membuat penonton yang datang menyaksikan pentas seni malam itu merasa takjub dan sangat terharu dengan murid-murid SMA Swasta Ile Boleng yang begitu menjiwai seni peran di atas panggung.
Nurhayati Tuto Beda yang diwawancara usai tampil mengatakan, dari kelas XII MIA 1 kami mempersembahkan sebuah teater dari cerita rakyat lamaholot dengan judul “Peni Masan Dai”. Teater ini mengisahkan tentang pengorbanan seorang perempuan Lamaholot demi kelangsungan hidup saudara-saudaranya. Dalam cerita ini Peni yang mematuhi titah Rela Wulan Tana Ekan rela mengorbankan nyawanya demi keselamatan hidup saudaranya. Darah yang bersimbah itu kemudian menumbuhkan benih-benih kehidupan bagi saudara-saudaranya sehingga saudaranya terselamatkan hingga sampai dengan keturunannya di era sekarang ini.
Geovani Uba Mudamakin pun lebih lanjut menegaskan bahwa, pesan dari tetaer yang kami bawakan ini adalah sebagai orang Lamaholot kita harus belajar untuk menghargai wanita dengan pengorbanannya sama seperti yang digambarkan dalam tetaer. Selebihnya bahwa dengan pentas seni ini kami mau menginspirasi anak muda untuk memahami peran penting dan jati diri seorang Perempuan Adonara.
Menurut Erni Mudamakin acara pentas malam ini sangat luar biasa dan para peserta pentas pun sangat antusias sehingga dengan adanya acara pentas ini bisa melatih, mengasah kemampuan mereka untuk lebih percaya diri. Ia juga mengapresiasi kerja keras Gregorius Ola Doni sebagai guru seni budaya dan semua tim atas kerjasamanya dalam menyukseskan acara pentas ini.
Aloysius Ama Sabon Sebagai Kepala Sekolah SMA Swasta Ile Boleng, ia juga sangat mengapresiasi proses yang telah dilewati sampai acara puncak pada hari ini. Menurtnya kebudayaan itu jati diri atau identitas sehingga dengan acara teater dan hal positif seperti ini kita dapat mempertahankan budaya yang selama ini sudah semakin tergerus. Memang kami masih banyak mengalami kekurangan tetapi ini merupakan sebuah kebanggaan dan sebuah proses awal dimana, dengan pesan moral berupa nilai sosial dan budaya yang disampaikan dalam tetaer ini semoga bisa diaplikasikan oleh para murid di lingkungan masyarakat. Secara sekolah sudah ada perencanaan untuk menindaklanjuti kegiatan ini. Dan kami akan mengembangakan kegiatan ini lewat extrakurikuler, sehingga jika ada moment tertentu di luar sekolah pun kami sudah siap tampil.
Diakhir Teater “Bala Nogo” yang menjadi puncak acara dalam pentas seni malam itu, semua penonton dibuat terpaku oleh penampilan peserta dari kelas XII IPA 2 sehingga mereka seakan-akan belum mau beranjak dari tempat duduk masing-masing walaupun acaranya sudah selesai. Dan Gregorius Ola Doni selaku guru seni budaya yang menyaksikan moment itu pun tampak tergugah dan merasa sangat gembira. ia juga mengatakan bahwa dirinya siap untuk berkolaborasi dengan pihak dari sekolah manapun untuk menggerakkan tetaer. “Kalau untuk saat ini saya menantikan acara pentas seni dari SMK Negeri Ile Boleng.” Dengan guyon ia mengakhiri perbincangan.
jangan lupa terus ikuti berita menarik lainnya di ciptamakna.com