“10 Momen Terbaik di Bulan Bahasa: Saat Kata dan Seni Bersatu di SMA Swasta Ile Boleng”
“Bulan Bahasa: Meningkatkan Kecintaan pada Bahasa dan Budaya di SMA Swasta Ile Boleng”
Bulan Bahasa adalah perayaan yang diadakan setiap bulan Oktober di Indonesia untuk menghargai dan mempromosikan bahasa dan sastra Indonesia. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia serta mendorong pelestarian dan pengembangan bahasa dan sastra di kalangan masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa.
Beragam kegiatan diadakan dalam Bulan Bahasa, seperti lomba puisi, pidato, menulis cerita pendek, teater, debat, dan seminar literasi. Ini juga menjadi kesempatan untuk merayakan Sumpah Pemuda (28 Oktober), yang salah satu isinya adalah “Berbahasa satu, bahasa Indonesia,” memperkuat kebanggaan terhadap bahasa sebagai identitas bangsa.
Perayaan Bulan Bahasa yang di maksud, disambut baik oleh warga SMA Swasta Ile Boleng dengan berbagai kegiatan menarik. “Berada di Jl. Anggrek No. 07 Desa Lewopao, sekolah ini terus meningkatkan eksistensinya setiap tahun. Lewat kegiatan ekstrakurikuler dan program Literasi Bulan Bahasa, sekolah ini aktif mendorong siswa untuk mengembangkan potensi mereka, sekaligus memperkuat komitmen dalam memajukan literasi dan budaya. Setiap kegiatan yang diselenggarakan menjadi bukti nyata usaha sekolah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis dan inovatif.”
“Bulan Bahasa di SMA Swasta Ile Boleng: Semarak dengan Beragam Kegiatan Kreatif dan Edukatif”
Desa Lewopao, 21 Oktober 2024 – Perayaan Bulan Bahasa tahun ini di SMA Swasta Ile Boleng disambut antusias oleh para siswa dan staf sekolah. Sekolah menggelar kegiatan tersebut untuk menghidupkan semangat literasi dan kreativitas di kalangan siswa. Kegiatan ini juga sekaligus sebagai ajang untuk mengasah potensi serta meningkatkan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Indonesia.
Kegiatan Bulan Bahasa tersebut dimulai pada 21 Oktober dengan persiapan lokasi dan dekorasi yang melibatkan guru serta para siswa anggota OSIS. Mereka bersama-sama menata lingkungan sekolah, menciptakan panggung yang semarak untuk perlombaan, serta memastikan setiap area siap menyambut acara besar ini.
Rangkaian Perlombaan yang Meriah dan Variatif
Tanggal 22 Oktober menjadi hari pertama perlombaan, dimulai dengan lomba standup comedy dan tarian kreasi. Para siswa tampil memukau dan menghibur dengan humor segar serta gerakan tarian kreatif yang memadukan unsur tradisional dan modern. Para Penonton larut dalam tawa dan kekaguman akan bakat-bakat yang ditampilkan.
Marini Yuningsi Ose Teka, sebagai salah satu peserta tari Kreasi Tradisional, merasa sangat senang bisa tampil di acara ini. Meskipun kami melakukan kesalahan kecil di panggung dan menjadi juara dua, namun itu tidak mengurangi semangat kami. “Pengalaman ini sangat berharga, dan kami belajar banyak dari penampilan ini. Yang terpenting, kami bisa menunjukkan kebudayaan daerah kami dan mendapatkan dukungan dari teman-teman,” ujarnya dengan penuh semangat.
Keesokan harinya, 23 Oktober, dilanjutkan dengan lomba monolog dan fashion show. Dalam lomba monolog, peserta menunjukkan kemampuan berakting dan penghayatan yang mendalam, membuat suasana menjadi lebih emosional. Lalu, di panggung fashion show, siswa-siswi memperagakan busana dengan percaya diri, menampilkan keanekaragaman budaya yang kaya dalam balutan kostum menarik.
Stefania Andini Benga Sabon awalnya merasa terkejut ketika wali kelas menunjuknya untuk membawakan monolog dalam acara perlombaan ini. “Biasanya, saya bawakan puisi, jadi saya kaget,” ungkapnya. Meskipun merasa kesulitan, ia tidak menyerah. Stefania mulai mencari referensi untuk membawakan monolog melalui YouTube, agar ia bisa tampil lebih maksimal.
Namun, setelah sering menonton monolog, ia memberanikan diri untuk tampil. “Berkat dukungan wali kelas, saya akhirnya bisa meraih juara satu,” tambahnya dengan penuh semangat. Naskah yang dibawakannya mengangkat tema tentang “kaos kaki bolong,” yang menceritakan tentang orang tua yang memaksa kehendak kepada anaknya. Hal ini membuat anak kehilangan jati diri dan nurani karena terlalu mengikuti kehendak orang tua.
Stefania menjelaskan, “Cerita ini sangat relate karena di era sekarang, ada orang tua yang tidak mau mendengarkan anaknya. Sebagai orang tua, kita harus mendengarkan anak, dan sebagai anak, kita juga harus perbanyak komunikasi dengan orang tua.” Pesan yang disampaikan dalam naskahnya sangat menyentuh dan relevan untuk diresapi publik.
Dengan keberanian dan dukungan dari teman, guru, dan orang tua, Stefania berhasil menampilkan naskahnya dengan baik, meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton.
Lidwina Daimuda Namantukan dan Kristiano Payong Doni, perwakilan dari kelas XI B1, berhasil memukau penonton dengan penampilan luar biasa dalam ajang lomba Fashion Show. Kami meraih prestasi ini berkat keserasian busana yang kami kenakan serta kekompakan yang terjalin di antara kami.
Meskipun memilih busana dari Sabu, NTT, kami tetap menghargai budaya Adonara. Dalam perlombaan ini, nilai keberagaman sangat penting, sehingga kami memutuskan untuk menampilkan busana dari Sabu. Hal ini juga disebabkan karena peserta lain sudah mengenakan busana dari Adonara, dan kami ingin tampil berbeda dengan pilihan yang serasi dan cocok untuk dikenakan.
Kreativitas Siswa Tersalurkan Lewat Seni Baca Berita dan Vokal Grup
Pada 24 Oktober, suasana lebih edukatif dengan lomba baca berita, di mana peserta menunjukkan kelancaran dan ketepatan dalam penyampaian informasi. Dilanjutkan dengan lomba vokal grup, siswa-siswi berkolaborasi untuk menyanyikan lagu-lagu Pilihan, yang menunjukkan keserasian suara dan kekompakan mereka yang apik.
Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, penting bagi pendidik untuk berpikir kreatif dan inovatif agar dapat berkarya dengan baik di era sekarang. Hal ini diungkapkan oleh Yohanes Kewa Penana dan Reinedis Bulu Ola, dua peserta yang menjadi juara dalam lomba membaca berita.
“Kami butuh waktu latihan yang banyak untuk bisa membacakan berita dengan baik. Awalnya, kami sangat kesulitan dalam membangun kekompakan,” ungkap Yohanes. Namun, dengan tekad yang kuat dan sering tampil di acara-acara serupa, mereka akhirnya mampu tampil percaya diri.
Reinedis menambahkan, “Wali kelas juga mengajarkan kami bagaimana membawakan berita dengan intonasi yang baik, sehingga penampilan kami menjadi lebih menarik.” Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan mereka dalam berkomunikasi, tetapi juga membangun rasa percaya diri yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Nadia Putri yang merupakan peserta vocal grup dari XII IPS 1 saat diwawancara mengatakan bahwa awalnya ia merasa pesimis ketika melihat banyak teman-teman putranya tidak menunjukkan keseriusan, dan beberapa teman putrinya masih berlatih dengan suara yang belum optimal. Namun, berkat bimbingan dari Pak Rius, yang memberikan masukan berharga dan pemahaman teknis, mereka mampu membangun kepercayaan diri dalam grup vokal.
Sementara itu, Fabianus Demon Kopon, sebagai pemusik, menghadapi tantangan dalam mengisi musik sesuai dengan konsep dan genre lagu yang ditentukan. Namun, melalui latihan yang konsisten, mereka berhasil tampil maksimal dan meraih kemenangan dalam lomba. Demon Kopon, yang juga aktif dalam musik liturgi di gereja, menjelaskan bahwa keunggulan mereka terletak pada dominasi musik dan variasi gerakan yang membedakan penampilan mereka dari paduan suara lainnya.
Lagu “Apuse” yang dibawakan mencerminkan rasa cinta yang mendalam terhadap kampung halaman. Pesan yang terkandung dalam lagu ini sangat relevan untuk mendorong generasi muda agar lebih mencintai dan menghargai asal usul mereka, serta berkontribusi dalam pelestarian bahasa dan budaya daerah.
Penampilan Berkesan di Lomba Pantomim dan Fragmen
Pada tanggal 25 Oktober, penonton disuguhkan dengan lomba pantomim yang mengharukan dan penuh pesan mendalam, diikuti dengan lomba fragmen, di mana para siswa menampilkan potongan-potongan cerita dengan emosi yang kuat, memperlihatkan bakat mereka dalam seni peran.
Hendrikus Amatus Kia Lamadoken dan Hironimus Renaldi Mudamakin berhasil merebut juara satu dalam lomba pantomim pada acara Bulan Bahasa yang digelar di SMA Swasta Ile Boleng. Keduanya tampil menawan dengan busana unik dan riasan wajah yang mencolok, menjadikan penampilan mereka semakin menarik di mata penonton.
“Kami merasa pantomim ini sangat sulit karena kami harus meniru segala sesuatu dan membangun gerak tubuh sebagai dialog untuk menyampaikan pesan kepada penonton,” ujar Hendrikus. Meskipun menghadapi tantangan, mereka menikmati setiap momen saat berekspresi di panggung.
Dengan judul Terlambat ke Sekolah, pantomim yang mereka bawakan berhasil menyampaikan pesan penting kepada rekan-rekan siswa. “Kami berharap pesan ini bisa sampai kepada semua siswa bahwa sebagai anak sekolah, kita harus mengatur waktu dengan baik agar tidak terlambat ke sekolah,” kata Hironimus dengan semangat.
Melalui penampilan yang kreatif dan penuh makna ini, Hendrikus dan Hironimus tidak hanya berhasil memenangkan lomba, tetapi juga menginspirasi teman-teman mereka untuk lebih disiplin dalam mengatur waktu.
Puncak Kemeriahan di Lomba Band Antar Kelas dan Apel Sumpah Pemuda
Pada 26 Oktober, panggung diisi dengan suara musik dari lomba band antar kelas. Setiap band tampil membawa lagu yang berbeda-beda, menunjukkan kreativitas dan kekompakan para anggota. Suasana semakin meriah, dengan sorakan teman-teman yang mendukung perwakilan kelas mereka masing-masing.
Band kelas XI Mia 1 dan XI Mia 2 dari SMA Swasta Ile Boleng berhasil meraih juara satu dengan penampilan yang mengesankan. Meskipun menghadapi kendala dalam membangun kekompakan, terutama karena ada anggota band yang baru pertama kali tampil, mereka tetap optimis dan berhasil menampilkan lagu-lagu yang menyentuh hati.
“Kami membawakan lagu Sekuat Hati dari Last Child dan Nuba Gere dari Peledeck. Lagu Sekuat Hati menceritakan tentang seorang ibu, dan kami memilih lagu ini sebagai bentuk penghargaan kepada ibu,” ungkap Leonardus Laba Naen. Ia mengaku sangat terharu saat membawakan lagu tersebut, menyadari sikap acuh tak acuhnya terhadap ibunya ketika ia sering menolak untuk membeli garam ketika disuruh.
Sementara itu, Ogosvianus Masan menyatakan kebahagiaannya karena diberi kesempatan untuk tampil di acara yang keren ini. “Ini adalah hal baik yang perlu ditingkatkan di kegiatan-kegiatan yang akan datang,” ujarnya penuh semangat. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Rius, guru seni budaya mereka, yang telah sabar melatih dan mengatur jadwal latihan dengan baik.
Dengan kerja keras dan dukungan satu sama lain, band kelas XI Mia 1 dan XI Mia 2 ini tidak hanya sukses meraih juara satu, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga yang akan menjadi motivasi untuk terus berkembang di masa depan.
Selain itu Ada juga Band Unik Kelas X3 dan X4 yang Tampil Gemilang di Lomba Band Antar Kelas. Meskipun hanya meraih posisi ketiga dalam lomba band antar kelas, band yang terdiri dari peserta kelas X3 dan X4 telah mencuri perhatian dengan format yang unik. Band ini didominasi oleh lima siswi dan hanya satu siswa, yaitu Yeremias Doni Soge, yang berperan sebagai lead. Para anggota band lainnya terdiri dari Anyela (drummer), Barek Sina (organis), Paulina Bali (bass), serta dua vokalis, Sipriani Ina dan Maria Stefania Ina.
“Kami bangga bisa tampil bersama dalam format band ini, yang menunjukkan kekuatan nilai kebersamaan di antara kami,” ungkap Doni, satu-satunya personil laki-laki dalam band tersebut. Ia mengakui bahwa tampil dalam band yang didominasi oleh siswi merupakan pengalaman luar biasa, dan ia tidak merasa malu untuk berbaur dan berkolaborasi dengan teman-teman perempuannya.
Penampilan mereka tidak hanya menjadi sorotan karena keunikan formatnya, tetapi juga menyampaikan pesan positif bahwa dalam kegiatan sebagai siswa, kita harus bisa berinteraksi dan bekerja sama dengan siapa saja, tanpa memandang gender atau latar belakang. Keterlibatan Doni dalam band ini menjadi contoh nyata tentang pentingnya kebersamaan dan kolaborasi di lingkungan sekolah.
Meskipun tidak membawa pulang gelar juara, keberanian dan semangat kolaborasi mereka tetap diingat dan menjadi inspirasi bagi teman-teman lainnya.
Menurut Maya Anjelina Aryanti (XII MIA 1), selain berbagai perlombaan yang diadakan di sekolah, lomba kebersihan kelas juga sangat penting. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya menciptakan ruang kelas yang nyaman untuk mendukung proses belajar.
Pak Gregorius Ola Doni selaku guru seni, memberikan apresiasi kepada seluruh peserta lomba dan kekompakan yang terjalin di antara para guru yang telah berkontribusi dalam menyukseskan kegiatan ini. Keberhasilan acara ini memberikan kepuasan baik secara personal maupun institusi. Untuk mewujudkan kegiatan ini, yang terpenting adalah adanya ide, karena ide itu sangat berharga.
Dalam beragam perlombaan, muncul beberapa inovasi baru, seperti lomba Baca Berita, Stand-up Comedy, Fashion Show, Lomba Band, dan Pantomim. Untuk Proses latihan sebenarnya telah dilimpahkan kepada wali kelas masing-masing, namun sebagai guru seni budaya, saya memiliki peran lebih besar dalam mengamati proses latihan secara langsung di semua perlombaan. Saya bertanggung jawab penuh untuk memberikan pemahaman teknis kepada semua peserta.
Menurut saya Lomba yang paling menantang adalah lomba secara kelompok seperti Fragmen, Band antar kelas, tarian, dan vokal grup, yang memerlukan kerja sama dan komitmen yang solid dalam tim. Lomba Pantomim ini adalah hal yang relatif baru, dan berdasarkan pengamatan saya, lomba Band antar kelas dan Pantomim hanya diadakan di SMA Swasta Ile Boleng di antara sekolah-sekolah di Adonara. Ini sangat luar biasa karena menciptakan atmosfer yang berbeda dan menarik.
Hal-hal positif yang telah dicapai saat ini tentu akan menjadi modal besar bagi kami untuk tampil di acara-acara yang lebih bernilai di masa mendatang. Namun, untuk mencapai hal ini, diperlukan kesepakatan dan kesiapan bersama secara lembaga.
Puncak acara berlangsung pada 28 Oktober dengan apel bersama untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. Seluruh siswa dan staf sekolah berkumpul untuk mengingat semangat Sumpah Pemuda, yang menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga persatuan dan kekayaan budaya Indonesia.
Aloysius Ama Sabon, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Swasta Ile Boleng, menjelaskan bahwa proses persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini melibatkan peran aktif wali kelas serta pendampingan dari guru seni budaya. Dan untuk mencapai Keberhasilan acara semacam ini sangat bergantung pada dukungan dari seluruh elemen di lembaga pendidikan.
Kegiatan ini memiliki signifikansi yang besar, karena lembaga tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pentingnya keterampilan non-akademis. Pengembangan keterampilan siswa ini sangat diharapkan dapat mempersiapkan mereka untuk berkontribusi di dunia kerja di masa depan.
Tahun ini, acara terasa sangat istimewa dan berbeda. Jika tahun lalu kami menyelenggarakan lomba musik akustik, kali ini kami menghadirkan lomba dalam format band secara menyeluruh. Tentu Inovasi yang kami lakukan dalam perlombaan setiap tahunnya ini memberikan kesan yang mendalam bagi para peserta perlombaan.
Saya berharap kegiatan ini dapat menggali bakat siswa yang beragam dan memicu rencana untuk mengadakan pentas seni di luar sekolah. Oleh karena itu Proses latihan harus tetap berlanjut dan tidak boleh berhenti disini. “Evaluasi” juga merupakan hal yang penting untuk menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan serupa di tahun-tahun yang akan datang agar program yang telah disusun bersama dapat dilaksanakan dengan kolaborasi dan tanggung jawab yang tinggi dan mampu memberikan dampak positif di masa depan.
Dengan kegiatan yang beragam dan penuh makna ini, SMA Swasta Ile Boleng menunjukkan komitmennya dalam memajukan literasi, budaya, dan kreativitas di kalangan generasi muda. Setiap acara menjadi bukti nyata dedikasi sekolah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inspiratif dan inovatif bagi para siswa.