Sholat Ied: 5 Bukti Harmoni yang Menyentuh Hati di Desa Lewopao
Sholat Ied di Desa Lewopao, Kecamatan Ile Boleng– kembali menjadi saksi indahnya harmoni antar umat beragama dalam pelaksanaan Idul Fitri tahun ini 1 syawal 1446 H. Persiapan dilakukan sejak siang hari pada 30 Maret 2025, di mana umat Katolik dan Muslim bergotong royong menyiapkan lokasi Sholat Ied di lapangan bola kaki desa Lewopao. Mulai dari membersihkan area hingga pemasangan obor, semua dikerjakan dengan penuh semangat kebersamaan.
Malam harinya, selepas Isya, digelar pawai takbir yang dihadiri oleh Camat Ile Boleng, Kepala Desa Lewopao, dan tururt hadir juga beberapa rekan Kepala Desa di wilayah Ile Boleng. selain itu ada juga Romo Pastor Pembantu Paroki St Bernadeth Soubirous Pukaone, bersama OMK St. Simon Petrus Lewopao mengambil bagian bersama umat Muslim dari Desa Boleng, Nobo, dan Lewopao dalam acara ini. Pawai ini berjalan dengan tertib, mengikuti arahan protokol keamanan yang telah dihimbau sebelumnya. Rombongan pawai takbir berkumpul di lapangan bola Desa Lewopao kemudian bergerak menuju Desa Nobo, lalu ke Desa Boleng, dan kembali ke titik awal untuk melaksanakan acara penutupan.
Pawai malam takbir ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga memiliki makna mendalam. Takbir yang dikumandangkan sepanjang jalan adalah ungkapan syukur dan kemenangan setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa. Selain itu, pawai ini mempererat tali silaturahmi antarwarga dan menjadi simbol persatuan dalam keberagaman.
lihat video pawai takbir di Facebook Yunni Duran
Sholat Ied dan Maknanya
Keesokan harinya, pada 31 Maret 2025 pukul 07.00 WITA, Sholat Ied digelar dengan khidmat. Ratusan jamaah dari tiga desa—Nobo, Boleng, dan Lewopao—berkumpul untuk melaksanakan ibadah yang penuh makna ini. Tradisi melaksanakan Sholat Ied secara bergantian di tiga desa setiap tahunnya menjadi bukti eratnya persaudaraan di antara mereka.
Sholat Ied bukan hanya ibadah penutup Ramadan, tetapi juga momentum untuk merayakan kemenangan atas pengendalian diri dan peningkatan spiritual sepanjang bulan suci. Lebih dari itu, Sholat Ied mengajarkan kebersamaan, persaudaraan, dan nilai-nilai kepedulian sosial. Idulfitri adalah saat yang tepat bagi umat Muslim untuk memperbaiki hubungan, memohon maaf, dan memperkuat tali persaudaraan.
Selain aspek ibadah, Sholat Ied juga menjadi momen refleksi dan pembelajaran bagi masyarakat luas. Kehadiran umat Katolik dalam mendukung acara ini mencerminkan bagaimana perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk saling menghormati dan bekerja sama demi kebaikan bersama. Nilai-nilai ini semakin penting dalam dunia yang sering diwarnai perpecahan akibat perbedaan agama dan pandangan.
Momen Haru dan Nilai Toleransi yang Mengakar
Salah satu momen paling mengharukan terjadi setelah Sholat Ied, ketika umat Muslim dan Katolik saling menyapa dan berjabat tangan di sekitar lokasi ibadah. Suasana haru terasa begitu mendalam, menegaskan bahwa toleransi bukan hanya slogan, tetapi benar-benar hidup dalam keseharian masyarakat Desa Lewopao.
“lihat moment haru itu di Facebook Yunni Duran”
Tradisi saling menghormati dan menjaga satu sama lain ini merupakan warisan luhur yang telah ditanamkan oleh para leluhur. Dalam dunia yang terus berkembang dengan segala tantangan modernitas, nilai-nilai toleransi tetap menjadi pegangan utama dalam membangun hubungan sosial yang harmonis. Hal ini menjadi teladan bagi generasi muda agar terus menjaga dan merawat semangat persaudaraan lintas agama.
Generasi muda perlu mencermati dan meneladani norma-norma baik ini sebagai bagian dari identitas budaya yang harus dijaga. Dalam perkembangan zaman yang semakin dinamis, nilai-nilai gotong royong dan toleransi menjadi fondasi utama dalam menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan penuh penghormatan terhadap keberagaman. Semangat kebersamaan yang telah terjalin di Desa Lewopao ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, di mana tantangan dalam menjaga harmoni sosial semakin kompleks. Dengan menjadikan sikap toleransi dan kepedulian sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, masyarakat di berbagai daerah dapat membangun lingkungan yang lebih damai dan penuh kasih sayang.
Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi, momen seperti ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan tetap menjadi landasan utama dalam kehidupan sosial. Tidak hanya umat Muslim yang merasakan kebahagiaan Idulfitri, tetapi seluruh masyarakat Desa Lewopao ikut bersuka cita dalam kebersamaan.
Perayaan Idulfitri di Desa Lewopao tahun ini bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang kebersamaan, saling menghormati, dan menjaga warisan budaya yang berharga. Di tengah perbedaan, ada persatuan; di balik keberagaman, ada kehangatan yang selalu menyatukan. Semoga nilai-nilai ini terus hidup dan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk membangun masyarakat yang harmonis dan saling mendukung dalam perbedaan.